AMBON, AE—Hampir semua calon anggota DPRD Maluku terpilih pada Pemilu 2019 kembali bertarung dari daerah pemilihan Kota Ambon. Karena itu, pertarungan memperebutkan kursi diprediksi bakal berlangsung ketat dan sengit.
Bukan rahasia lagi, daerah pemilihan (Dapil) Maluku-1 (Kota Ambon) dijuluki “dapil neraka”. Sebutan itu melekat dari pemilu ke pemilu, karena para kontestannya cukup tenar, kuat dan sudah dianggap sebagai tokoh politik lokal.
Apalagi, para petahana kembali bertarung mempertahankan kursi partainya masing-masing. Hasil Pileg 2019, terdapat beberapa caleg memiliki suara personal cukup signifikan sehingga membawah partainya memperoleh kursi, namun sebagian caleg lolos karena akumulasi suara semua caleg dan partainya.
Berdasarkan data KPU Provinsi Maluku, sembilan parpol dan caleg yang memiliki kursi hasil Pileg periode 2019-2024 di DPRD Maluku, adalah PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat, Hanura, PPP, Perindo, dan Berkarya.
Namun, beberapa partai, seperti Perindo, Gerindra, dan PPP terancam kehilangan kursi. Pasalnya, beberapa caleg pendulang suara pada Pileg lima tahun lalu, telah berpindah ke parpol lain, serta komposisi caleg saat ini yang dinilai kurang kuat.
Sebut saja, Jantje Weno, anggota DPRD dari Perindo yang tidak lagi calon. Pada Pileg sebelumnya, Yantje mengantongi 3.917 suara pribadi. Kini Perindo sangat berharap pada Roby Gasperz, eks anggota DPRD Maluku.
Sementara itu, peluang tipis Gerindra mempertahankan kursi karena Roby Gasperzs, pendulang 5.507 suara pada Pileg 2019, kini telah berpindah ke Perindo. Gerindra sangat berharap pada John Johanis Lewerissa selaku petahana, yang menggantikan Roby kala itu karena permasalahan internal Gerindra.
PPP juga disebut-sebut berpotensi kehilangan kursi. Salah satu indikatornya, ialah komposisi caleg yang tak sekuat pileg sebelumnya. Misalnya, mantan anggota DPRD Maluku dari PPP Darul Kutni Tuhepaly yang sudah hengkang ke PKB.
Namun, Sekretaris DPW PPP Maluku Rofik Akbar Afifudin menegaskan, pihaknya berkomitmen mempertahankan kursi di DPRD Maluku dari dapil Kota Ambon karena semua caleg bekerja maksimal di lapangan. Bahkan, survei internal PPP mengungkapkan, partai berlambah ka’bah ini sangat diterima masyarakat.
Hal ini dikarenakan PPP merupakan partai lama dan memiliki basis pemilih cukup kuat di Kota Ambon. Terbukti, partai ini selalu memperoleh kursi selama beberapa kali Pileg terakhir.
Rovik sendiri mengantongi 7.311 suara pribadi pada Pileg 2019 meski baru pertama kali bertarung di level provinsi.
“Insya Allah PPP punya satu kursi DPRD Provinsi dapil Kota Ambon tetap dipertahankan. Posisi semua partai sama. Ini bukan soal konfigurasi caleg, tapi bagaimana kerjanya caleg. Bahkan masing-masing parpol punya strategi sendiri termasuk kami,”sahut Rovik.
Anggota Komisi IV DPRD Maluku ini menegaskan, tidak tepat jika ada pandangan PPP lemah dalam mempertahankan kursi disebabkan konfigurasi caleg saat ini.
“Pemilih PPP masih kuat di Kota Ambon. 1 kursi DPRD Provinsi dua DPRD Kota Ambon. Ini modal politik kita. Jadi tidak perlu saling klaim, tapi nanti dilihat hasilnya nanti seperti apa,”tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Kehormatan DPD PDI Perjuangan Maluku, Hendrik Sahureka mengatakan, komposisi caleg PDIP dapil Kota Ambon saat ini sangat menjanjikan untuk mendulang suara. Sehingga ia yakin partai moncong putih itu akan memperoleh dua kursi DPRD Provinsi Maluku.
“Kami yakin PDIP bisa raih dua kursi dapil Kota Ambon menuju DPRD Provinsi Maluku,” kata Sahureka.
Alasan dua kursi, karena Kota Ambon merupakan daerah dengan basis pemilih PDIP cukup besar.
“Kota Ambon merupakan basis PDI Perjuangan, dan 9 caleg yang bertarung memiliki popularitas serta militansi yang baik. Ini merupakan modal bagi kami untuk bisa memperoleh 2 kursi,” jelasnya.
Sekretaris DPD Golkar Maluku Abner James Timisela mengaku, Golkar tetap mempertahankan kursinya saat ini. Bahkan disebutkan, partai beringin tidak ingin berkoar soal hasil.
Golkar tidak pernah kehilangan kursi DPRD Maluku dari dapil Kota Ambon. Golkar punya strategi, tidak menjadikan petahana saja sebagai pendulang suara, tapi caleg lainnya juga punya potensi yang sama.
“Golkar tidak mau gembar-gembor, nanti dilihat dari hasil akhir seperti apa. Golkar lolos atau tidak. Golkar tetap punya dukungan fanatik di Kota Ambon, buktinya Ketua DPRD Kota saat ini dari kita,” sahut Timisela.
“PKB Berpeluang Dapat Kursi*
Di sisi lain, PKB yang selama nanti tak lolos ke parlemen Karang Panjang, sangat optimis mendapat kursi pada pemilu 2024. Konfigurasi caleg saat ini dianggap cukup ideal untuk meraih banyak suara.
Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPW PKB Maluku, Muhajirin Syukur Maruapey menjelaskan, PKB dalam beberapa kali pemilihan legislatif gagal mengirimkan perwakilannya ke DPRD Maluku. Namun kali ini mereka habis-habisan untuk merebut satu kursi.
Ia menyebut, beberapa dari konfigurasi mereka berpotensi sebagai pendulang suara terbanyak. Misalnya,
Ari Sahertian, anggota DPRD Kota Ambon aktif yang maju sebagai calon anggota DPRD Provinsi Maluku.
Kemudian Darul Kutni Tuhepaly, mantan anggota DPRD Maluku juga punya pengaruh. Kemudian Regina Latuheru dan Malaka Yaluhun yang berpotensi sebagai pendulang suara.
Empat caleg ini diharapkan merain suara masing-masing di atas 4000 suara. Sehingga ditambah suara caleg lainnya yakni Sugiyanto Manuji, Yeni Mane, Muhajirin Syukur Maruapey, Siti Yaourzida Nirwan dan Sabarudin Rery, PKB sudah bisa lolos ke DPRD Maluku.
“Konfigurasi kita sangat kuat ya. Jadi prinsipnya dari 9 kursi dapil Kota Ambon untuk DPRD Provinsi, kami PKB target punya satu kursi dari jumlah itu,” sahut Maruapey tegas.
Pengamat Politik Universitas Pattimura Ambon Said Lestaluhu mengatakan, Ambon merupakan dapil yang menjadi tolak ukur kekuatan setiap partai politik.
Semua partai akan bersaing perebutkan satu kursi. Apalagi partai yang sudah memiliki kursi saat ini, tetap berjuang mempertahankan.
“Mereka yang incumbent sudah pasti kerja terukur, dan partainya tetap berusaha pertahankan kursi mereka,”kata dia.
Partai yang bukan petahana, seperti PKB satu satunya yang perlu diwaspadai karena punya peluang bisa meraih satu kursi. Sebab dari sisi konfigurasi calegnya ada yang sudah memiliki konstituen sejak lama, misalnya Kutni Tuhepaly.
“Mereka yang pernah duduk di DPRD tentu sudah punya konstituen atau punya basis. Nah saya kira PKB juga jadi kuda hitam bagi partai lain, terutama mereka yang petahana saat ini,”pungkasnya. (WHB)